Senin, 08 Desember 2014

Profil Al Wafa


                                    Cara Al Wafa Menghidupkan Sholawat


            Dengan alat musik sebuah sholawat akan terasa lebih bernyawa dan bisa memebuat orang yang mendengarkannnya jadi terlena. Terlebih lantunan tsb adalah sholawat yang terbingkai nada-nada. Walaupun ada beberapa aliran Islam yang mengharamkan musik dan berbagai jenis alat musik, namun sebagian besar aliran Islam telah menerima musik sebagai bagian dari dari berbagai ritual kegamaan, khususnya sholawat. Dengan iringan musik khas, sholawat krpada nabi Muhammad akan lebih terasa lebih mendalam.
Manggung plus syiar

perform di Jayanti

            Nah, mengingat sholawat sebagai ungkapan akan kecintaan, rayuan, pujian, kekaguman pada sang Nabi. Sekitar bulan Maret 2013 grup Rebana Al Wafa berdiri, atas gagasan Bapak Ahmad Khuzaini selaku pengurus bagian Idaroh di DKM Al Muhajirin. Tidak main-main dalam hal ini, personil yang akan bergabung melalui tahap penyeleksian dari semua ta'mir (Almuhajirin I-VI)

Berikut nama-nama personil grup rebana Al Wafa

Terbang  : Ahmad munir, Bahrul Qomar, Luqman, Rulli, Sholikan
Teplak    :  Didit, Wahyu Suryono, Dani, Rudini
Jedor     : Ali
Tepar/tumbuk  : Fauzi
Simbal/Kecrek : Suryadi, Anggit
Bas         : Ali, Hardi
Vocal      : Kinanthi, Anik Budiarti, Zulfa, Yuni
tetap semangat latihan


            Grup rebana yang pernah mengikuti festival Al Banjari se Jakarta Timur di Pulau gadung ini merupakan grup rebana pentolan DKM Al Muhajirin memiliki guru yang merangkap sebagai pemain yaitu  Mas Munir. Berkiblat pada rebana yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Al wafa mampu mengaransemen nada sendiri. Biasanya mereka mengaplikasikan lagu-lagu sholawat  berkat kecanggihan tekhnologi melalui sosial media  ataupun youtube.

            Dikancah panggung, Al wafa sudah banyak diminati masyarakat. Terbukti debutnya sudah banyak undangan dari belahan Serang – Cilegon,  sampai saat ini paling jauh tampil di Malimping Pandeglang (menempuh perjalanan sekitar 10 jam). Semangat meraka tergambar dalam misinya untuk menghidupkan sholawat dikalangan masyarakat pada umunya, dikalangan industri PT Nikomas Gemilang pada khususnya.dan untuk menarik jamaah agar lebih aktif dalam kegiatan takmir Al Muhajirin.

            Mengingat terkadang adanya keluar masuk personil dan dengan karakter yang berbeda-beda, Al Wafa mempunyai cara jitu untuk menjaga kekompakannya. Yaitu adanya komunikasi antar pemain yang harus selalu dijaga dan harus saling terbuka dalam urusan yang menyangkut kemajuan & kebaikan Al Wafa. Harapan terakhir yang diwakili oleh mas Munir yang saya tanyai via email yang dijawab melalui secarik surat, Al Wafa lebih kompak, solid, tanggaung jawab, disiplin. Dan dari Al Wafa sekarang bisa muncul generasi-generasi atau personil yang baru.

           
usai tampil menghibur para undangan & berfoto dengan mempelai
            Dengan segenap perasaan, orang yang melantunkan dan mendengarkan sholawat akan tersentuh hatinya. Perasaan yang yang sekarat menjadi sehat, perasaan yang ada semakin berkembang. Dan dengan berrebanalah kekhusyuan sebuah ritual bisa ditingkatkan. Dengan alat musik yang bisa menghasilkan alunan lembut nan tegas dan irama nada-nada yang tepat, sebuah sholawat akan bisa diiringi dengan baik menggunakan rebana dan bisa memunculkan perasaan kecintaan kepada nabi.


penulis Afida

Sabtu, 29 November 2014

Cerita rezeki tak terduga-duga


                                                       Kabar  Dari  Pisang



            Roda kehidupan memang berputar dan akan terus berputar. Alasan cinta yang mengerumun selalu membuat kehangatan. Kesetiaan dan menerima apa adanya menjadi kunci kebersamaan dalam suka dan duka. Lara duka, sedih bahagia bersifat sementara. Apapun keadaan itu terbukti keseimbangan memaknai proses dinamika hidup. Menikmati itu jalan yang terbaik diantara tawakkal, doa dan ikhtiar.
                       
                                                            ***
            Seperti biasanya sedikit mentari mulai tergelincir ke barat, aku baru pulang dari sekolah. Hampir seminggu menu makan siang adalah lodeh kates atau pepaya. Menu pepaya yang dicacah panjang-panjang dengan bumbu tumis yang menggoda. Emak sudah tak mampu berbelanja lagi ke pasar. Sadar sekali kepahitan telah melingkari keluarga kami. Mau mengeluh juga bagaimana malah harusnya bersyukur masih bisa menelan bersuap-suap nasi. Bekal beras panen bulan ini masih bersisa hanya saja untuk jajan, ongkos dan uang saku untuk anak-anak masih kurang. Di kebun samping rumah Mbah yang terlihat hanya pepaya yang berbuah untuk dimakan. Ada juga daun singkong sebagai lalab, menunggu beberapa hari kemudian Emak memasak pakai santan.”Sesekali makan sayur berkuah” ujar beliau bijak.
Upah Bapa sebagai buruh tani belum dibayar, di kebunpun sedang tak bermusim buah.

            “Pa......Bapa.....”Adik bungsuku memanggil dengan lirih.
            “Hmmm ….” Saut Bapa yang sedang tiduran di atas rusbang.
            “Kata Bu guru, diminta beli buku LKS Rp.10000 paling lambat 3 hari dari sekarang”
            “Hmmm.....”  Bapa menyauti  dengan nada yang sama.
            “Pa, koq cuma hmmm hmmm aja” Ade bungsu telihat kesal, bibirnya manyun.
            “Iya Nak, sabar pasti secepatnya Bapa kasih uangnya kalau ada” ucap Bapa sambil bangun dari pembaringannya.dan mengelus rambut hitam bocah kelas 1 SD itu.
           
            Kegelisahan terpancar dari raut muka emak dan bapa yang berusaha mereka sembunyikan. Komunikasi kecil mereka terdengar olehku. Ade-adeku yang masih duduk di SD menjadi prioritas, uang saku mereka sudah dipersiapkan. Mereka asik dibangku meja makan menikmati sarapan bermenu gorengan dan acap kali dengan gorengan saja. Tinggal Mba-Mbanya saja yang belum. Ongkos angkot dari rumah ke sekolah selama masih berbaju seragam. Menurutku tak ada uang jajanpun tak apa yang penting ada ongkos sampai sekolah toh bekal sarapan cukup menemani aktifitas sampai pulang nanti.

            Dari pintu depan terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu dibarengi ulukan salam.   
            “Wa alaykumussalam” jawab Bapa sambil membukakan daun pintu.
            “Kalau tidak salah kamu itu...” Bapa mengais ingatan sambil menggaruk-garuk rambut berubanya yang tak gatal.
            ''Enggih Uwak, saya cucu almarhum, ini amplop ucapan terimakasih karena kemaren sudah membantu pemakaman almarhum”  dibarengi mengulurkan tangan.
            '' Ayo, masuk dulu, silahkan duduk” Bapa mempersilakan ramah.
            ''Maturnuwun Uwak, masih harus ke rumah yang lain, Assalamualaykum”
            ''Wa alaykumussalam” Bapa masih bengong dan terheran-heran memegang amplop putih yang beliau terima.
Subhanalloh wal hamdulillah. Syukur yang teramat dalam Bapa panjatkan atas berkat Allah SWT. Karena sepanjang umur Bapa membantu proses penggalian kubur siapapun tak pernah dibayar, baru kali ini terjadi. Membantu proses penggalian liang lahat merupakan bentuk saling membantu antar sesama tanpa pamrih oleh setiap warga dengan suka rela. Menurut Bapa memang menjadi kebutuhan manusia untuk saling membantu. Rezeki Allah SWT tak disangka-sangka sebagai makhluk ciptaanNya wajib untuk berikhtiar tanpa meninggalkan akan kehadirat Nya.       

            Sebagai makhluk sosial  Bapa tak lepas dari acara perkumpulan, termasuk  memenuhi undangan  walimatul hitan. Saat pulang anak-anak sudah terlelap tidur diatas ranjang kayunya. Padahal cangkingan makanan berat itu belum termakan dan masih sangat utuh tanpa tersentuh. Bulan sudah terbit, Emakku berinisiatif membawa cangkingan itu ke tetangga sebelah, yang belum lama menjadi piatu setelah kepergian ibundanya dipanggil Sang Kuasa. Yakin Emak biar pun kekurangan hidup untuk berbagi itu wajib dan tak harus berbentuk materi.
           
            Pagi terlampaui sudah, aku melihat kerutan dimuka bapa makin terukir jelas. Dalam diamnya menyernyitkan dahi seakan berpikir keras. Matanya nanar mengingat ucapan lirih anak bungsu dan kakaknya memelas meminta uang untuk membeli buku LKS (Lembar Kerja Siswa). Amplop itu tak mencukupi permintaan buah hati.
            Segelas nteh tubruk hitam tersanding diatas meja selalu menemani pagi Bapa.  Biasanya pisang goreng, gemblong atau gorengan tersedia. Singkong yang dipotong berbentuk balok dan digoreng tanpa balutan apapaun kini mendampingi gelas itu. Kami sering meyebutnya balok, cemilan ringan mengganjal perut.

                                                                        ****

            Masih disambut dengan lodeh kates, pastinya racikan bumbu tangan emak yang sedap. Sore belum terlalu petang, Tungku di Pawon emakpun abunya sudah dingin. Pertanda emak masak pagi hingga menjelang siang. Biasanya dulu tiap kali pulang sekolah emak sibuk memainkan wajan dan perangkatnya dengan lincah. Peyek khas emak berkelana hingga penjuru desa Adisana. Modal yang sedikit dan kebutuhan yang tak terbendung membuat emak sementara tak selincah dulu. Berteman pekarangan dibelakang rumah Mbah menanam benih-benih sayur dan tanaman lain yang bermanfaat.
           
            Senja baru saja garang menampakkan garang merahnya. Sementara itu para bocah asik berlarian kesana-kemari bermain. Suara guyon dan tapak kakinya jelas terdengar dari balik dinding rumah. Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing didalam rumah menyapa kami. Ya, tumben sekali Mbah  mampir ke rumah. Sudah hampir 2 minggu ini beliau tak bertandang, hanya saja Mbah kakung yang kerap mengunjungi kami.
            ''Nak....pisangnya sudah ranum tuh di kebun belakang” suara Mbah meninggi.
            “Rupanya ada Mbah toh, koq ga lihat masuknya” ujar emak seraya menyulur tuk bersalaman dan cium tangan beliau dan disusul Bapa.
            “Iya Nak, tadi lewat pintu samping rumah, maaf ga salam” ucap Mbah dengan menyunggingkan bibirnya sambil membenarkan kain batiknya yang sedikit melorot.
            “Ada apa Mbah, mau nengok cucu nih?”
            “Itu lho Nak, pohon pisangnya dah siap ditebang, sayang nanti kalau sampai kebalap sama kalong” dengan semangat dan sumringah Mbah menjelaskan.

            Girang bukan kepalang rasanya mendengar kabar tsb. Bapa segera mengambil pisau dan diantar sendiri oleh Mbah putri karena Bapa tak melihat keberadaan pohon pisang itu. Kembali tak disangka-sangka, padahal kebun itu sering Bapa kunjungi, namun luput dari penglihatannya. Belum sampai dirumah, setandan pisang dengan 12 sisir itu sudah ditawar tetangga dengan harga yang lumayan. Limapuluh ribu lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan buah hati dan sisanya untuk kebutuhan makan. Hingga besok Bapa mendapat bayaran membantu mencangkul di sawah uwak Haji.

            Sungguh benar ini rezeki yang tak terduga-duga yang tak pernah diketahui melalui banyak jalan. Sungguh janji Allah tak pernah ingkar, terealisasi dari ayatnya “min haitsu laa yahtasib”. Maha luas Allah SWT dengan segala karuniaNya yang telah memberi kenikmatan yang tak terhingga. Tak pernah meninggalkan hambanya yang selalu memanjatkan doa dalam setiap ibadah dan dzikirnya.






                                   
           

Kamis, 27 November 2014

Membeli Keinginan dengan Sedekah ala Ustad Yusuf Mansur


          Membeli Keinginan dengan Sedekah ala Ustad Yusuf Mansur


            Dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1436 H, DKM  dan Yayasan Al Muhajirin Nikomas, yang membawahi 6 tamir masjid Al Muhajirin I-VI di Pouchen group mengadakan pengajian tabligh akbar. Tidak tanggung-tanggung berkat rahmat Allah SWT, panitia berhasil mengundang Ustad Yusuf Mansur (YM) dari Jakarta dan qori Subro Al Farizi. Pada hari Sabtu malam,  22 November yang berlokasi di stadion Nikomas.
           

            Sekitar pukul 08.15 menit, rombongan ustad YM tiba di sektretariat SPN untuk dijamu. Dengan membawa rombongan dari pondok pesantren Darul Quran dan cabang rumah tahfidz. Dari pihak keluarga, beliau didampingi istri tercinta beserta 2 anaknya si sulung dan sibungsu. Tak lama disusul kang Subro, artis kondang jebolan ajang kompetisi di stasiun televisi nasional.

            Acara yang diketuai oleh Faizun ini berhasil menyedot animo pengunjung, baik dari karyawan Nikomas sendiri maupun dari luar. Sejumlah 5000 bungkus snack yang disediakan panitia ludes dibagikan kepada jamaah, bahkan masih banyak jamaah yang tidak kebagian. Jumlah pengunjung hampir memenuhi seluruh area stadion. Terdapat juga bazar yang berada di dekat pintu masuk,  berupa wardah kosmetik, Miracle dan buku-buku karya Ustad YM sendiri.
           




            Sebelum ustad bertausiyah, acara pelantikan pengurus baru DKM (masa bakti 2014-2017) & Yayasan Al Muhajirin  (masa bakti 2014-2019) dihadapan pengunjung. Untuk pelantikan DKM  dipimpin oleh ketua Kantor Urusan Agama kecamatan Kibin dan dibacakan SK pengangkatan pengurus. Sedangkan untuk pelantikan Yayasan Al Muhajirin dipimpin oleh ketua DKM bapak Abdul Halim.Ini sebagai bukti amanah yang harus diemban untuk turut membangun eksistensi perusahaan dan ladang syiar.




            Ustad YM berpesan untuk menginfestasikan sebagian penghasilan kita. Maaf, tidak hanya berujung menjadi kotoran atau seplastik pakaian. Melainkan mampu mensejahterakan diri sendiri dan perkerjaan. Karena muslim yang kuat itu kuat secara ruhiyah dan rupiah. Dalam makna lain kita dianjurkan untuk berjiwa menjadi enterpreneur atau jiwa pengusaha. Mampu melihat peluang usaha dalam segala bidang baik dengan dagang atau investasi properti. Karena semua bisa jadi pengusaha.

            Gaya khas betawinya yang kocak dan isi ceramahnya yang agak ekstrem. Ayah dari 5 anak, kelahiran 19 Desember 1976 ini berhasil membuat jamaah terketuk hatinya untuk bersedekah. Seperti penuturan beliau ''Sedekah dapat menjadi solusi segala permasalahan yang kita hadapi, karena Alloh SWT akan memberi imbalan kebaikan yang berlipat ganda 10 kalii lipat atau bahkan 70 kali lipat orang yang bersedekah, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi” Sedekah adalah jalan cepat bagi siapa saja yang ingin mendapatkan rizki, sebagaimana sabda Rosulullah “Carilah rezeki dengan sedekah”. Sedekah juga merupakan solusi berbagai permasalahan dan hajat, ingin naik haji, dapat jodoh, melunasi hutang, menaikkan penghasilan, mengubah keadaan hidup, mencegah suul khotimah, menolak bala dll.Bersedekah tentunya dengan niatan lillahi taala, terus diikuti dengan doa sesuai keinginan. Pengunjung banyak yang merelakan harta bendanya untuk disedekahkan, seperti uang, perhiasan, handphone dll untuk membeli keinginannya yang Insya Allah akan diwujudkan Allah segera, aamiin. Adapun hasil sedekah dari pengunjung di alokasikan untuk pengembangan ponpes Darul Quran dan Islamic center Al Mujahirin Nikomas.
           

            Kekhawatiran hujan turun saat penyelenggaraan PHBI (Peringatan hari Besar Islam) tidak terjadi. Langit tampak cerah, hingga acara berakhir. Hampir tengah malam tepat kurang 30 menit, acara ditutup oleh pembawa acara, yang sebelumnya ditutup doa oleh ustad YM sendiri. Secara keseluruhan acara berjalan dengan lancar.


penulis Afida

Kamis, 30 Oktober 2014

Catatan Relawan


                                                Pelukan Sayang

            Sayang adalah philia, berhubungan erat dengan perasaan yang dtunjukan bagi  orang-orang terdekat tanpa meminta balasan, seperti kepada orang tua, saudara, sahabat. Cinta merupakan salah satu emosi  yang dirasakan dan dialami oleh seorang individu, bahkan meskipun sepanjanghidupnya kegetiran terus menghampirinya.
                                                            @@@
            Mendapat predikat sebagai relawan adalah hal yang membanggakan dan menyenangkan. Usai banjir melanda sebagian desa di Serang akibat Ciujung meluap. Maka sebagai tubuh-tubuh hujan yang kuat bergerak menyalurkan bantuan dan berbagi cinta. Tubuh kami merangkul keceriaan anak-anak. Tim kami bernama Komunitas Relawan Banten (KRB) yang bergerak dalam psycososial trauma healing untuk anak-anak, bagian terkecil dari disaster management. Trauma populer lebih dikenal dengan masyarakat luka secara psikis (mudah diingat kejadian, cemas, takut dll). Sedangkan healing adalah pengobatan.Psikososial sendiri hubungan dinamis antara aspek psikologis dan sosial yang saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan. Caranya dengan menggunakan permainan besar bersama anak-anak dan pembagian bingkisan.
             
        Akhir pekan kerap dijadikan relawan untuk terjun ke lapangan. Kesibukan dibalik layarnya yang berlatar belakang dari berbagai profesi. Kampung Laban desa Teras Kecamatan Carenang menjadi sasaran kami. Pemandangan tumpukan yang menggunung dari  lipatan karung-karung bekas dan terpal, berjajar sepanjang kecamatan Carenang. Sisa-sisa genangan banjir masih terlihat disisi kanan kiri jalan. Kasur dan kursi yang masih dijemur sangat mencolok mata. Bekas batas air masih menempel jelas ditembok rumah-rumah warga. Lebih dari 3 kali kujumpai papan valas di pinggir jalan. Ada yang janggal menurutku. Kampung  yang jauh dari kota dengan mudahnya dijumpai tempat penukaran uang asing. Dan tak ada akses mobil angkutan umum masuk. Kalaupun ada dengan ojek yang ditebus dengan 10 ribu.
          
     Menjelang siang kami tiba. Pada Minggu 27 Februari 2013. Sambutan riuh anak-anak menyapa kami. Di panggung bekas taman baca yang meninggalkan puing-puing rak dan sobekan kertas. Mereka gaduh bermain diatas papan talupuh yang mulai rapuh. Bersebelahan dengan pasar kaget yang hanya pada hari tertentu dipagi hari. Bau amis ikan masih menyengat menusuk hidung. Dengan senyum renyah kusapa mereka. Sembari menanti seluruh anak-anak berkumpul. 

            Namanya Wati usianya 12 tahun. Satu dari sekian anak yang memperkenalkan diri yang masih teringat. Disampingnya ada adik perempuan yang meggelayuti badannya. Berangkat dari keprihatinan dari lingkungan sekitar. Menikmati  Ramayana dan Mall Off Serang sebatas keinginan yang besar. Apalagi kemegahan yang terlihat di telivisi sebatas angan-angan. Kami duduk, berbincang di rumah panggung bekas Taman baca. Anak ke-4 dari  7 bersaudara terlihat sangat pendiam. Tanpa kulontarkan pertanyaan, Wati takkan menanyakan balik denganku. Kegiatannya lebih sering dirumah walaupun televisi belum ada dirumahnya. Membantu membereskan rumah dan menjaga adik-adiknya menjadi kesibukannya. Kalaupun ingin menonton TV harus numpang di tetangga.
“Teteh, njuk duite Teh nggo tuku es?”
Sosok anak berusia berusia 3 tahunan, tanpa beralas sandal  itu mendekati Wati. Wati  mengulurkan receh 500 rupiah dari kantongnya. Sikap perhatiannya terlihat ketika lembaran ujung rok adiknya diangkat untuk menghapus kotoran dari hidung adik ke-2nya itu. Tangannya juga terampil merapikan rambut adiknya yang kusut masai.  Sebelum ia berlalu membalikkan badan dan melangkah ke warung.

            Ayahnya bekerja sebagai tukang becak di pasar Kragilan, yang hanya tiba di hari Senin dan Kamis pagi. Penghasilanya sekitar 30 ribu, itupun harus dikurang dengan yang menyewakan becak. Selebihnya ia buruh tani. Jika tidak ada tetangga yang membutuhkan tenagannya. Ia mencari ikan di sungai dan dijual. Itupun tak seberapa. Nampak mata Wati mulai berkaca-kaca. Kisah sedihnya ia tuturkan bahwa kakak sulungnya menjadi TKW di Jordania, hingga kini belum ada kabar selama setahun meninggalkan Indonesia. Terakhir kabar uang gaji ditahan oleh majikan. Ibunya kerap mencurahkan segala keluh kesahnya dengan Wati, termasuk meminta pembelaan saat mereka bertengkar dengan bapa dari anak-anak mereka. Wati anak perempuan yang paling dekat dengan ibu.  Tanganku merangkul badan wati yang mungil. Punggungnya terguncang-guncang, air matanya menderas. Kusandarkan kepalanya dipundakku. Kuelus-elus punggungnya hingga tenang. Kupandangi wajahnya yang sayu sembari kuusap tangisnya dengan jemariku.

            Ah, anak semanis dia harus turut menanggung beban diluar batas kemampuan mental dan pikiran anak. Wati kategori anak pra remaja, keadaan jiwanya masih kekanak-kanakkan, emosinya belum stabil. Jika saja orangtuanya mempertimbangkan usia, kemampuan anak, keadaan anak menjaga objektifitas sebagai orang tua, mungkin tak membuat Wati depresi. Andai saja ibunya tidak menceritakan segala pelik rumah tangga dihadapan anak kecil. Gerutuku.
“Yang sabar sayang yach, Teteh ikut prihatin mendengar cerita Wati. Ibumu butuh teman untuk bercerita ditengah kesibukkannya. Ibumu menganggap Wati tidak hanya sebagai anak, tetapi juga teman. Seperti Wati curhat dengan teman Wati. Hanya saja, baiknya ibumu tidak menceritakan sedetil itu kepada anak seusia kamu. Tugas Wati sekarang. Belajar yang rajin, nurut orangtua, sekolah berprestasi dan jangan lupa mendoakan orang tua”

            Masih kupeluk tubuh wati yang sedikit mereda derai tangisnya. Dengan pelukanku akan menyalirkan energi penuh cinta, mengembalikan emosi positif. Pelukan adalah obat ajaib tidak hanya bagi orang dewasa tapi juga anak-anak yang mampu mengusir depresi. Kehadiran hormon endomorfin yang muncul saat berpelukan dapat mengurangi ketegangan saraf dan tekanan darah.
           
      Pelajaran berharga buatku. Menjadi ibu sangat penting mempunyai kemapaman mental dan pengendalian emosi saat berhadapan dengan anak. Tidak hanya sekedar tugas membesarkan anak hingga dewasa. Hal yang perlu disadari adalah sebenarnya anak diciptakan Alloh memiliki jiwa yang sangat peka terhadap masalah yang dihadapi ortunya. Dahi yang berkerut, urat leher yang menegang, bahu yang terangkat, apalagi suara yang keras  telah mampu dibaca anak sejak usia dini.
             
        KITA SEMUA BERGEMBIRA, itulah slogan yang kami bawa saat permainan di lapangan. Paras Wati sudah cerah ceria bergabung dengan teman-temanya. Jingkrak dan teriakan sangat lepas. Bahkan ia mampu memikat para relawan dengan gambar terbaiknya mengenai banjir.Satu peluru mengena banyak sasaran. Relawan, anak-anak, orangtua, warga sekitar semua  ikut bergembira.
                                                            @@@
            Jambore anak memperingati hari anak digelar di Rumah Dunia. Inilah yang mempertemukanku kembali dengan Wati. Ia masih sangat mengenalku. Ia memburuku tergesa-gesa dengan melempar senyum. Aku kembali memeluknya, mengecup keningnya dan mengusap-usap kepalanya. Pipinya memerah dan menanyakan tentang kesehatanku.  Ah Wati anak yang baik. Hari itu juga mempertemukanku dengan survivor korban banjir dari kampung lain yang pernah tim KRB beraksi.


penulis Afida