Kamis, 30 Oktober 2014

Catatan Relawan


                                                Pelukan Sayang

            Sayang adalah philia, berhubungan erat dengan perasaan yang dtunjukan bagi  orang-orang terdekat tanpa meminta balasan, seperti kepada orang tua, saudara, sahabat. Cinta merupakan salah satu emosi  yang dirasakan dan dialami oleh seorang individu, bahkan meskipun sepanjanghidupnya kegetiran terus menghampirinya.
                                                            @@@
            Mendapat predikat sebagai relawan adalah hal yang membanggakan dan menyenangkan. Usai banjir melanda sebagian desa di Serang akibat Ciujung meluap. Maka sebagai tubuh-tubuh hujan yang kuat bergerak menyalurkan bantuan dan berbagi cinta. Tubuh kami merangkul keceriaan anak-anak. Tim kami bernama Komunitas Relawan Banten (KRB) yang bergerak dalam psycososial trauma healing untuk anak-anak, bagian terkecil dari disaster management. Trauma populer lebih dikenal dengan masyarakat luka secara psikis (mudah diingat kejadian, cemas, takut dll). Sedangkan healing adalah pengobatan.Psikososial sendiri hubungan dinamis antara aspek psikologis dan sosial yang saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan. Caranya dengan menggunakan permainan besar bersama anak-anak dan pembagian bingkisan.
             
        Akhir pekan kerap dijadikan relawan untuk terjun ke lapangan. Kesibukan dibalik layarnya yang berlatar belakang dari berbagai profesi. Kampung Laban desa Teras Kecamatan Carenang menjadi sasaran kami. Pemandangan tumpukan yang menggunung dari  lipatan karung-karung bekas dan terpal, berjajar sepanjang kecamatan Carenang. Sisa-sisa genangan banjir masih terlihat disisi kanan kiri jalan. Kasur dan kursi yang masih dijemur sangat mencolok mata. Bekas batas air masih menempel jelas ditembok rumah-rumah warga. Lebih dari 3 kali kujumpai papan valas di pinggir jalan. Ada yang janggal menurutku. Kampung  yang jauh dari kota dengan mudahnya dijumpai tempat penukaran uang asing. Dan tak ada akses mobil angkutan umum masuk. Kalaupun ada dengan ojek yang ditebus dengan 10 ribu.
          
     Menjelang siang kami tiba. Pada Minggu 27 Februari 2013. Sambutan riuh anak-anak menyapa kami. Di panggung bekas taman baca yang meninggalkan puing-puing rak dan sobekan kertas. Mereka gaduh bermain diatas papan talupuh yang mulai rapuh. Bersebelahan dengan pasar kaget yang hanya pada hari tertentu dipagi hari. Bau amis ikan masih menyengat menusuk hidung. Dengan senyum renyah kusapa mereka. Sembari menanti seluruh anak-anak berkumpul. 

            Namanya Wati usianya 12 tahun. Satu dari sekian anak yang memperkenalkan diri yang masih teringat. Disampingnya ada adik perempuan yang meggelayuti badannya. Berangkat dari keprihatinan dari lingkungan sekitar. Menikmati  Ramayana dan Mall Off Serang sebatas keinginan yang besar. Apalagi kemegahan yang terlihat di telivisi sebatas angan-angan. Kami duduk, berbincang di rumah panggung bekas Taman baca. Anak ke-4 dari  7 bersaudara terlihat sangat pendiam. Tanpa kulontarkan pertanyaan, Wati takkan menanyakan balik denganku. Kegiatannya lebih sering dirumah walaupun televisi belum ada dirumahnya. Membantu membereskan rumah dan menjaga adik-adiknya menjadi kesibukannya. Kalaupun ingin menonton TV harus numpang di tetangga.
“Teteh, njuk duite Teh nggo tuku es?”
Sosok anak berusia berusia 3 tahunan, tanpa beralas sandal  itu mendekati Wati. Wati  mengulurkan receh 500 rupiah dari kantongnya. Sikap perhatiannya terlihat ketika lembaran ujung rok adiknya diangkat untuk menghapus kotoran dari hidung adik ke-2nya itu. Tangannya juga terampil merapikan rambut adiknya yang kusut masai.  Sebelum ia berlalu membalikkan badan dan melangkah ke warung.

            Ayahnya bekerja sebagai tukang becak di pasar Kragilan, yang hanya tiba di hari Senin dan Kamis pagi. Penghasilanya sekitar 30 ribu, itupun harus dikurang dengan yang menyewakan becak. Selebihnya ia buruh tani. Jika tidak ada tetangga yang membutuhkan tenagannya. Ia mencari ikan di sungai dan dijual. Itupun tak seberapa. Nampak mata Wati mulai berkaca-kaca. Kisah sedihnya ia tuturkan bahwa kakak sulungnya menjadi TKW di Jordania, hingga kini belum ada kabar selama setahun meninggalkan Indonesia. Terakhir kabar uang gaji ditahan oleh majikan. Ibunya kerap mencurahkan segala keluh kesahnya dengan Wati, termasuk meminta pembelaan saat mereka bertengkar dengan bapa dari anak-anak mereka. Wati anak perempuan yang paling dekat dengan ibu.  Tanganku merangkul badan wati yang mungil. Punggungnya terguncang-guncang, air matanya menderas. Kusandarkan kepalanya dipundakku. Kuelus-elus punggungnya hingga tenang. Kupandangi wajahnya yang sayu sembari kuusap tangisnya dengan jemariku.

            Ah, anak semanis dia harus turut menanggung beban diluar batas kemampuan mental dan pikiran anak. Wati kategori anak pra remaja, keadaan jiwanya masih kekanak-kanakkan, emosinya belum stabil. Jika saja orangtuanya mempertimbangkan usia, kemampuan anak, keadaan anak menjaga objektifitas sebagai orang tua, mungkin tak membuat Wati depresi. Andai saja ibunya tidak menceritakan segala pelik rumah tangga dihadapan anak kecil. Gerutuku.
“Yang sabar sayang yach, Teteh ikut prihatin mendengar cerita Wati. Ibumu butuh teman untuk bercerita ditengah kesibukkannya. Ibumu menganggap Wati tidak hanya sebagai anak, tetapi juga teman. Seperti Wati curhat dengan teman Wati. Hanya saja, baiknya ibumu tidak menceritakan sedetil itu kepada anak seusia kamu. Tugas Wati sekarang. Belajar yang rajin, nurut orangtua, sekolah berprestasi dan jangan lupa mendoakan orang tua”

            Masih kupeluk tubuh wati yang sedikit mereda derai tangisnya. Dengan pelukanku akan menyalirkan energi penuh cinta, mengembalikan emosi positif. Pelukan adalah obat ajaib tidak hanya bagi orang dewasa tapi juga anak-anak yang mampu mengusir depresi. Kehadiran hormon endomorfin yang muncul saat berpelukan dapat mengurangi ketegangan saraf dan tekanan darah.
           
      Pelajaran berharga buatku. Menjadi ibu sangat penting mempunyai kemapaman mental dan pengendalian emosi saat berhadapan dengan anak. Tidak hanya sekedar tugas membesarkan anak hingga dewasa. Hal yang perlu disadari adalah sebenarnya anak diciptakan Alloh memiliki jiwa yang sangat peka terhadap masalah yang dihadapi ortunya. Dahi yang berkerut, urat leher yang menegang, bahu yang terangkat, apalagi suara yang keras  telah mampu dibaca anak sejak usia dini.
             
        KITA SEMUA BERGEMBIRA, itulah slogan yang kami bawa saat permainan di lapangan. Paras Wati sudah cerah ceria bergabung dengan teman-temanya. Jingkrak dan teriakan sangat lepas. Bahkan ia mampu memikat para relawan dengan gambar terbaiknya mengenai banjir.Satu peluru mengena banyak sasaran. Relawan, anak-anak, orangtua, warga sekitar semua  ikut bergembira.
                                                            @@@
            Jambore anak memperingati hari anak digelar di Rumah Dunia. Inilah yang mempertemukanku kembali dengan Wati. Ia masih sangat mengenalku. Ia memburuku tergesa-gesa dengan melempar senyum. Aku kembali memeluknya, mengecup keningnya dan mengusap-usap kepalanya. Pipinya memerah dan menanyakan tentang kesehatanku.  Ah Wati anak yang baik. Hari itu juga mempertemukanku dengan survivor korban banjir dari kampung lain yang pernah tim KRB beraksi.


penulis Afida


Kamis, 23 Oktober 2014

Berkah Menulis


                                                       Berkah Menulis

                                       
            Terbaru di hari Minggu 12 Oktober     2014 aku diajak jalan-jalan rombongan ke Taman Bunga Nusantara. Sebulan sebelum perjalanan ketua rombongan menghubungiku via telepon. Dia memintaku untuk menemani perjalanan tanpa dipungut biaya , dengan catatan aku harus menulis catatan perjalanan lalu mengirimkannya ke redaksi  GEMAS (Gema Nikomas). Sebuah tabloid lokal untuk kawasan pabrik PT. Nikomas Gemilang. Bukan tanpa sebab, mengapa aku dikenal dan tunjuk sebagai penulis.Pada akhir Maret kemarin aku ikut rombongan yang sama touring ke Dieng Wonosobo dan berbayar sesuai tarif yang dikenakan. Mencatat perjalanan itu hal yang mudah, tinggal duduk manis mengetik di depan komputer. Biasanya redaksi membutuhkan tulisan tidak lebih dari satu halaman penuh dengan ukuran 12 spasi single. Redaksi menyediakan rubrik wisata atau jalan-jalan atau travelling hanya satu kolom, jadi wajar kalau harus mengantri atau tidak dimuat karena kurang menarik. Menuangkan dengan jujur apa yang terjadi selama perjalanan berdasar lapangan dan percakapan narasumber yang aktual. Honor yang tak begitu besar itupun aku kantongi, lumayan untuk membeli 2 mangkok baso masih menyisa. Benar-benar kebahagiaan yang berlipat bukan?

         Ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri ketika seseorang bisa terpampang di media massa. Meskipun sosmed merajai gaya hidup seseorang. Mereka bisa saja mengunggah foto-foto mereka dengan mudah dan bisa dilihat bila menjadi teman atau yang mempunyai aplikasi sosmed yang sama. Lain jika media massa, berita pilihan yang dikeluarkan hanya bulanan atau yang mingguan, sering kehadirannya dinanti-nanti banyak orang. Walau kadang tak dibaca dan hanya sekilas melihat gambar yang sekiranya menarik kemudian dipakai untuk membungkus sesuatu. Miris memang budaya baca kita yang kurang, terlebih untuk mengikatnya dengan menulis.

           Jauh sebelum itu tanpa sepengetahuanku, aku ditunjuk sebagai pengurus yayasan Al Muhajirin. (AM) Sontak aku terkaget, aku sendiri bukan aktifis DKM (Dewan Keluarga Masjid) ta'mir AM I-VI. Masjid yang mengelilingi kawasan pabrik sepatu, yang didominasi karyawan muslim dan kaum hawa. Keberadaan mereka bak oase dalam kegersangan hiruk pikuk mengail rizki, mrangkul spiritual didalam produktifitas kerja. Bukan tanpa proses tetiba ditunjuk menjadi bagian dari yayasan. Suatu hari memang aku pernah meliput tentang profil Islamic Center Almujahirin. Ada banyak tulisan mengenai kegiatan DKM yang tanpa sepengetahuan yayasan aku tulis sebelumnya. Kebetulan waktu itu, redaksi GEMAS meminta tolong untuk menulis artikel seputar kegiatan di Nikomas.Nah, dari situ aku muncul ide untuk menggali tentang yayasan, yang selama itu hanya terdengar gaungnya. Aku mendatangi sekretariat DKM dan mewawancarai ketua yayasan dan pengurus DKM. Ini bagian dari dakwah menurutku, kapan lagi aku bisa bermanfaat untuk masyarakat. Duduk manis didepan layar dan merangkai 26 abjad menjadi kalimat, paragraf lalu bercerita melalui tulisan. Menurut guru menulisku Gol A Gong menulis itu dakwah bil qolam.

           Jika ditanya prestasi, aku memang belum ada plakat atau serifikat kemenangan menjadi penulis terbaik dari kompetisi manapun. Sejak tahun 2012 akhir, di Rumah Duni aku belajar menulis. Mencoba menekuni dunia literasi. Dunia yang membebaskan dari buta huruf dan membuka cakrawala pikiran.3 buku anthologi cerpen dan 2 anthologi puisi  bersama teman-teman sudah terbit setahun yang lalu. Beberapa cerpenku nangkring di GEMAS dan pernah di koran Banten Raya. Dan sekaranglah terus berkarya dengan jujur dan ikhlas tanpa harus dibayang-bayangi honor. Karena sudah kucoba mengirimkan karya ke redaksi belum ada kabar kalupun ada kabar redaksi mengucapkan maaf dan terimakasih. Sadar kompetitor menjadi penulis itu mengular panjang, banyak diluaran sana “writer wannabe”. Bukan berarti aku menyerah, aku masih tetap menulis. Meskipun kadang dihantui makhluk yang bernama “mood” Lagipula untuk menjadi sesorang yang besar pasti mlewati proses. Dan proses menuju itulah yang sedang aku nikmati, dibarengi dengan guyuran doa-doa yang menyeru kepada semesta.Ini bukan suatu kekalahan apalagi kesalahan. Bersyukur sekali, justru diawal kepenulisan yang masih amatiran ini mampu membawa dampak positif bagi sesama. Adalah ihwal kebahagiaan yang tak ternilai dari sebuah kepuasan.
                       

            Lantas sekarang aku dipercaya memberdayakan blog milik yayasan. Harapan besarku dengan tulisan ini mampu menyebar virus menulis kepada yang lain. Menulis hal yang kecil dengan bahasa yang sederhana, mengalir supaya mudah dipahami. Soal sastra, urusan nanti. Seiring berjalan waktu, jika terus diasah kemampuan menulis pasti akan lebih baik kepenulisannya. Tidak meninggalkan budaya membaca dan mau berjalan keluar rumah melihat kuasa Alloh, nisacaya akan membuat kita lebih arif. Dengan membaca akan menjadi pintar dan membaca dari perjalanan akan membuka mata hati.

penulis Afida


Jumat, 17 Oktober 2014

Menulis Blog Untuk Dakwah

                             Menulis Blog Untuk Dakwah


      Instrumental yang dikaruniakan Allah secara cuma-cuma kepada hambaNya yang paling mulia dibumi Allah adalah akal pikiran. Inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Maka hendaknya digunakan dan diberdayakan sebgaimana funsi dan perannya secara baik dan normal. Islam sangat menekan pemeluknya agar menggunakan akal pikiran (rasio) meskipun akal pikiran bukanlah penentu, tetapi akal pikiran merupakan alat atau media penting dalam memahami segala sesuatu.Tiada agama yang tidak menggunakan akal.
Ilmu itu bagaikan hasil panen/buruan didalam karung, menulis adalah ikatanya “(Imam Syafi'i)
Ikatlah ilmu dengan menulis” (Ali Bin Abi Tholib)




   Dengan adanya kemudahan kecanggihan tehnologi, menyebabkan seluruh dunia semakin mengecil sebagaimana yang kita istilahkan globalisasi. Salah satunya menjadi blogger, saat ini masih dianggap sebagai kegiatan untuk menyalurkan hobi menulis. Padahal lebih dari itu yakni, menyampaikan pemikirann, mengenal orang lain, memberikan ide dan bermanfaat bagi orang lain dll. Dengan memposting tulisan diblog berarti telah memberikan kontribusi untuk menambah satu link ke sebuah tulisan yang dapat menunjang dakwah. Tak banyak yang yakin dan percaya kalau menjadi blogger dapat membuat seseorang hidup berkecukupan bahkan menjadi kaya. Sebab semakin banyak yang mampir biasa makin banyak fans dan biasanya tulisan tsb bisa dibukukan oleh penerbit, terus akan ada produk yang memasang iklan diblog. Beberapa keuntungan menjadi blogger antara lain bisa menulis, rajin membaca, selalu uptodate, tidak gagap tehnologi, dikenal banyak orang


     Sebenarnya dalam dunia tulis menulis, penulis tidak harus mempunyai intelektual yang tinggi. Akan tetapi yang paling inti adalah kemauan dan kontuinitas dalam menulis. Jika kita terbiasa menulis sedikit demi sedikit kualitas menulis kita akan meningkat.Jika tulisan kita tak bisa sebaik para cendekiawan muslim zaman dahulu, minimal kita bisa bisa memproduksi karya meskipun mutunya tak sama. Keahlian menulis bukan tumbuh sejak dilahirkan. Akan tetapi sebab kerja kerasnya sendiri.Dengan karyanya seseorang telah ikut menyumbang bagi kemajuan ilmu pegetahuan dan perkembangan zaman.Tidak ada salahnya menuangkan dalam tulisan hal-hal kecil disekitar kita dengan bahasa yang simpel, menarik dan memuat hal positif .Tidak ada juri diblog, jadi kita bisa menunagkan tulisan sesuai ekspresi dan gaya tulisan kita sendiri.
Menulis memang mempunyai beberapa perbedaan dengan mendasar apabila dibandingkan dengan cara lisan untuk berdakwah. Tulisan merupakan media yang merekam materi penyampaian secara lebih baik dan detail. Sedangkan media lisan mempunyai keunggulan sendiri, yaitu pembicaraa merasakan mengalirnya bahan pembicaraan apabila mendapatkan respon yang baik dari pendengarnya, berbeda dengan proses menulis yang seringnya terkendala karena kebuntuan pemikiran penulisannya dan tanpa ada interaksi dalam bentuk nyata.

    Nah, sekarang DKM dan yayasan AL Muhajirin sekarang sudah mempunyai rumah kata yang baru, tepatnya di nkgdkmyayasanalmuhajirin.blogspot.com yang diberdayakan oleh pengurus. Anda bisa dengan mudah mampir dengan mencolek dan klik smartphone anda, jangan lupa membaca dan meninggalkan komentar yang membangun. Yuk, mulai menulis dari sekarang.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Peran Muhajirin Sebagai Wadah Sosial & Ekonomi


                                    Peran Muhajirin Sebagai Wadah Sosial & Ekonomi


Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, memunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka mereka orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. At-Taubah : 18)

            Secara etimologis masjid berarti tempat sujud. Sedangkan secara terminologis, masjid adalah tempat melakukan kegiatan ibadah dalam makna luas. Dengan demikian, masjid merupakan bangunan yang sengaja didirikan umat muslim untuk melaksanakan sholat berjamaah dan berbagai  keperluan lain yang terkait dengan kemaslahatan umat muslim. Masjid memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan dan membangun kapabilitas intelektual umat, kegiatan sosial kemasyarakatan, meningkatkan perekonomian umat dan menjadi ruang diskusi untuk mencari solusi permasalahan terkini.Hal yang terpenting di kawasan produksi adalah masjid (Al Muhajirin I – VI) mampu membantu produktifitas dan kinerja karyawan dengan pendekatan kenyamana religi.
           





            Sebagai pusat utama ibadah dan pergerakan umat, maka masjid Al Muhajirin yang berada di kawasan PT. Nikomas Gemilang juga sangat terasa perannya dalam pelayanan publik (pulic service). Untuk itu, Al Muhajirin memiliki pelayanan berupa “Baitul Mal” tapi sering kami menyebut BMT (Baitul Mal Wa ta'mil) sebagai wadah pengumpulan dan mendistribusikan  zakat, infak, sodaqoh (ZIS). Pembinaan life skill terhadap anggota masjid dan tidak menutup bagi para jamaah untuk ikut serta mengaji dan mengkaji ilmu di masjid terdekat mes karyawan. Juga melakukan aksi sosial dengan menyantuni anak yatim. Dengan demikian, upaya penanggulangan kebodohan, kemiskinan dapat berjalan efisiensi dan efektifitas yang luar biasa.




            Masjid Al Muhajirin juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para jamaah yang memiliki kelebihan ilmu dan harta. Sebab itu, masjid berfungsi sebagai pusat perencanaan dan manajemen penegembangan ekonomi dan bisnis umat. Dengan peranan ganda sebagai sumber dana, menyediakan lapangan pekerjaan dan serta menyediakan kebutuhan masyarakat. Sebagai bukti nyata saat ini Yayasan Almuhajirin telah melunasi sebidang tanah yang berada di desa Ketos untuk dijadikan wadah sosial, yang Insya Allah pada tahun 2015 nanti akan peletakkan batu pertama Islamic Center AL Muhajirin. Yang seiring sejalan dengan berjalannya koperasi syariah. Refleksi nyata dengan harapan besar nantinya akan membangun peadaban baru yang beradab dan berbudaya arif, Islami dan cendikia.

            Masjid Almuhajirin milik kita semua bukan hanya berfungsi kebaikan di dunia, tapi juga jalan keselamatan di hari kiamat nanti dan jalan pembangunan rumah kaum muslimin di surga.Ayo sama-sama membangun surga bersama dengan menyisihkan dari penghasilan ke di Rek. Muamalat Yayasan 3080013100 atau mengisi kotak-kotak amal yang berstiker Islamic center Al muhajirin.

PARADE SHOLAWAT SEBAGAI LADANG SYIAR & SENI ISLAM


                   Parade Sholawat Cermin Kekinian dan Ladang Syiar


            Seni dan Islam tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya saling berkaitan. Islam tidak melarang untuk berkarya seni, jika tujuannya untuk syiar Islam atau untuk dakwah Islam. Seni itu indah dan Islam juga indah. Salah satu kesenian Islam adalah kesenian hadroh. Kesenian hadroh merupakan pembacaan sholawat nabi yang diiringi rebana.
           
            Panggung sederhana berhias pot dan tanaman cantik menjadi sorotan utama. Betapa tidak dari seluruh  ta'mir DKM AL Muhajirin (AM) dari 1 sampai 6  mengirimkan dutanya untuk menampilkan yang terbaik. Ada 7 grup yaitu
1.AM1 Hubbul Musthofa
2. AM2 Assyifa
3. AM3 An-Nuriyah
4. AM4 Al Badar
5.AM5 Mar'atus Sholiha
6.AM6  Fatimah Azzahra.
7.Alwafa  merupakan  personel gabungan dari seluruh tamir DKM yang diambil dari yang terbaik. Bertempat di Al Muhajirin 2 acara tsb diselenggrakan pada 5 januari 2014 pukul 20.00 WIB hingga selesai.Dari seluruh grup masing-masing melantukan 2 lagu.


            Menurut Pak Ahmad Khuzaini selaku pengurus AM2, tujuan diselenggarakan acata tsb adalah sebagai penampung kesenian khususnya hadroh/rebana yang ada di tiap ta'mir sebagai kesatuan pertunjukan.Acara tsb merupakan acara per 2 bulan, adapun tempatnya bergiliran.. Menurut beliau, kabar baik dari perkembangan seni rebana di kawasan industri Nikomas, tidak akan lama lagi Al Wafa sebagai grup pentolan DKM akan merambah dapur rekaman. Memang dari seluruh peserta terutama para vokalis mampu membius para penonton. Suaranya yang terbiasa melantunkan ayat-ayat Al quran sebagai qori/qoriah tidak kalah merdu saat melantunkan sholawat. Banyak nada-nada dari lagu-lagu yang familiar ditelinga disadur dalam syair puji-pujian dan sholawat, seperti lagu india calte-calte, lagu campur sari Cinta Tak Terpisahkan. Cengkok, fasih melantunkan syair berbahasa arab terdengar jelas, tanpa mengurangi esensi dari makna sholawat.
           

            Muda, semangat, berbakat juga  berprestasi Tergambar jelas seluruh para peserta kesiapan yang matang. Kostum yang kompak, fashionable, trendy dan tanpa meninggalkan nilai  syar'i. Selain kesan religi, kesan menjunjung nilai budaya Indonesia juga terpancar dari  gamis batik. Dengan potongan kombinasi yang cantik dan warna-warni, baik yang laki-laki ataupun yang wanita. Aksesoris pendukung kostum juga tak kalah menarik, seperti sorban, sarung tangan melengkapi penampilan Al Wafa.Koreografi yang santun juga ditampilkan beberapa grup, seperti Fatimah Azzahra dan Alwafa dalam.. Gerakan-gerakan kecil sederhana yang sopan itu membuat kemasan parade sholawat semakin semarak seiring dengan hentakan tabuh rebana.
           

            Pembacaan sholawat ini merupakan sebagai bentuk wujud rasa cinta mereka kepada nabi Muhammad SAW. Terlebih bulan ini bertepatan dengan bulan Maulid nabi. Tepat 12 Robiul Awal  adalah tanggal kelahiran nabi Muhammad.  Dasar bahwa Islam diperintahkan untuk membaca sholawat terdapat dari Al Qur'an dan hadits. Seperti yang tercantum dalam QS. AlAhzab yang artinya: “Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikatNya sama mendoakan rahmat untuk nabi.Hai orang-orang yang beriman bacalah sholawat dan salam untuk nabi”. Dengan demikian dengan membaca sholawat kepada nabi pengertiannya adalah Allah memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada nabi, kalau dari malaikat artinya memintakan ampunan dan kalau dari orang mukmin artinya berdoa agar diberikan rahmat oleh Allah. Dengan semakin membaca sholawat maka semakin dekat dengan nabi Muhammad SAW.
           
Team rebana dari Almuhajirin 3

            Inilah yang membuktikan bahwa dengan sholawat tidak selamanya dalam kemasan konvensional. Adanya menyadur lagu-lagu yang  hits memaknai dengan rebana bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tarian yang sopan tidak mengundang syahwat berarti adanya batasan-batasan dalam berkesenian dengan indah, tanpa dinilai buruk. Dan keseluruhanya para peserta menampilkan packaging yang menarik dan santun.


penulis Afida