Berkah Menulis
Terbaru di hari Minggu 12
Oktober 2014 aku diajak jalan-jalan rombongan ke Taman
Bunga Nusantara. Sebulan sebelum perjalanan ketua rombongan menghubungiku via
telepon. Dia memintaku untuk menemani perjalanan tanpa dipungut biaya , dengan
catatan aku harus menulis catatan perjalanan lalu mengirimkannya ke
redaksi GEMAS (Gema Nikomas). Sebuah
tabloid lokal untuk kawasan pabrik PT. Nikomas Gemilang. Bukan tanpa sebab,
mengapa aku dikenal dan tunjuk sebagai penulis.Pada akhir Maret kemarin aku
ikut rombongan yang sama touring ke Dieng Wonosobo dan berbayar sesuai tarif
yang dikenakan. Mencatat perjalanan itu hal yang mudah, tinggal duduk manis
mengetik di depan komputer. Biasanya redaksi membutuhkan tulisan tidak lebih
dari satu halaman penuh dengan ukuran 12 spasi single. Redaksi menyediakan
rubrik wisata atau jalan-jalan atau travelling hanya satu kolom, jadi wajar
kalau harus mengantri atau tidak dimuat karena kurang menarik. Menuangkan
dengan jujur apa yang terjadi selama perjalanan berdasar lapangan dan
percakapan narasumber yang aktual. Honor yang tak begitu besar itupun aku
kantongi, lumayan untuk membeli 2 mangkok baso masih menyisa. Benar-benar
kebahagiaan yang berlipat bukan?
Ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri ketika seseorang bisa
terpampang di media massa. Meskipun sosmed merajai gaya hidup seseorang. Mereka
bisa saja mengunggah foto-foto mereka dengan mudah dan bisa dilihat bila
menjadi teman atau yang mempunyai aplikasi sosmed yang sama. Lain jika media
massa, berita pilihan yang dikeluarkan hanya bulanan atau yang mingguan, sering
kehadirannya dinanti-nanti banyak orang. Walau kadang tak dibaca dan hanya
sekilas melihat gambar yang sekiranya menarik kemudian dipakai untuk membungkus
sesuatu. Miris memang budaya baca kita yang kurang, terlebih untuk mengikatnya
dengan menulis.
Jauh sebelum itu tanpa sepengetahuanku, aku ditunjuk sebagai
pengurus yayasan Al Muhajirin. (AM) Sontak aku terkaget, aku sendiri bukan
aktifis DKM (Dewan Keluarga Masjid) ta'mir AM I-VI. Masjid yang mengelilingi
kawasan pabrik sepatu, yang didominasi karyawan muslim dan kaum hawa.
Keberadaan mereka bak oase dalam kegersangan hiruk pikuk mengail rizki,
mrangkul spiritual didalam produktifitas kerja. Bukan tanpa proses tetiba
ditunjuk menjadi bagian dari yayasan. Suatu hari memang aku pernah meliput
tentang profil Islamic Center Almujahirin. Ada banyak tulisan mengenai kegiatan
DKM yang tanpa sepengetahuan yayasan aku tulis sebelumnya. Kebetulan waktu itu,
redaksi GEMAS meminta tolong untuk menulis artikel seputar kegiatan di
Nikomas.Nah, dari situ aku muncul ide untuk menggali tentang yayasan, yang
selama itu hanya terdengar gaungnya. Aku mendatangi sekretariat DKM dan
mewawancarai ketua yayasan dan pengurus DKM. Ini bagian dari dakwah menurutku, kapan
lagi aku bisa bermanfaat untuk masyarakat. Duduk manis didepan layar dan
merangkai 26 abjad menjadi kalimat, paragraf lalu bercerita melalui tulisan.
Menurut guru menulisku Gol A Gong menulis itu dakwah bil qolam.
Jika ditanya prestasi, aku memang belum ada plakat atau serifikat
kemenangan menjadi penulis terbaik dari kompetisi manapun. Sejak tahun 2012
akhir, di Rumah Duni aku belajar menulis. Mencoba menekuni dunia literasi.
Dunia yang membebaskan dari buta huruf dan membuka cakrawala pikiran.3 buku
anthologi cerpen dan 2 anthologi puisi
bersama teman-teman sudah terbit setahun yang lalu. Beberapa cerpenku
nangkring di GEMAS dan pernah di koran Banten Raya. Dan sekaranglah terus
berkarya dengan jujur dan ikhlas tanpa harus dibayang-bayangi honor. Karena
sudah kucoba mengirimkan karya ke redaksi belum ada kabar kalupun ada kabar
redaksi mengucapkan maaf dan terimakasih. Sadar kompetitor menjadi penulis itu
mengular panjang, banyak diluaran sana “writer wannabe”. Bukan berarti aku
menyerah, aku masih tetap menulis. Meskipun kadang dihantui makhluk yang
bernama “mood” Lagipula untuk menjadi sesorang yang besar pasti mlewati proses.
Dan proses menuju itulah yang sedang aku nikmati, dibarengi dengan guyuran
doa-doa yang menyeru kepada semesta.Ini bukan suatu kekalahan apalagi
kesalahan. Bersyukur sekali, justru diawal kepenulisan yang masih amatiran ini
mampu membawa dampak positif bagi sesama. Adalah ihwal kebahagiaan yang tak
ternilai dari sebuah kepuasan.
Lantas sekarang
aku dipercaya memberdayakan blog milik yayasan. Harapan besarku dengan tulisan
ini mampu menyebar virus menulis kepada yang lain. Menulis hal yang kecil
dengan bahasa yang sederhana, mengalir supaya mudah dipahami. Soal sastra,
urusan nanti. Seiring berjalan waktu, jika terus diasah kemampuan menulis pasti
akan lebih baik kepenulisannya. Tidak meninggalkan budaya membaca dan mau
berjalan keluar rumah melihat kuasa Alloh, nisacaya akan membuat kita lebih
arif. Dengan membaca akan menjadi pintar dan membaca dari perjalanan akan membuka
mata hati.
penulis Afida
penulis Afida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar