Kamis, 23 Oktober 2014

Berkah Menulis


                                                       Berkah Menulis

                                       
            Terbaru di hari Minggu 12 Oktober     2014 aku diajak jalan-jalan rombongan ke Taman Bunga Nusantara. Sebulan sebelum perjalanan ketua rombongan menghubungiku via telepon. Dia memintaku untuk menemani perjalanan tanpa dipungut biaya , dengan catatan aku harus menulis catatan perjalanan lalu mengirimkannya ke redaksi  GEMAS (Gema Nikomas). Sebuah tabloid lokal untuk kawasan pabrik PT. Nikomas Gemilang. Bukan tanpa sebab, mengapa aku dikenal dan tunjuk sebagai penulis.Pada akhir Maret kemarin aku ikut rombongan yang sama touring ke Dieng Wonosobo dan berbayar sesuai tarif yang dikenakan. Mencatat perjalanan itu hal yang mudah, tinggal duduk manis mengetik di depan komputer. Biasanya redaksi membutuhkan tulisan tidak lebih dari satu halaman penuh dengan ukuran 12 spasi single. Redaksi menyediakan rubrik wisata atau jalan-jalan atau travelling hanya satu kolom, jadi wajar kalau harus mengantri atau tidak dimuat karena kurang menarik. Menuangkan dengan jujur apa yang terjadi selama perjalanan berdasar lapangan dan percakapan narasumber yang aktual. Honor yang tak begitu besar itupun aku kantongi, lumayan untuk membeli 2 mangkok baso masih menyisa. Benar-benar kebahagiaan yang berlipat bukan?

         Ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri ketika seseorang bisa terpampang di media massa. Meskipun sosmed merajai gaya hidup seseorang. Mereka bisa saja mengunggah foto-foto mereka dengan mudah dan bisa dilihat bila menjadi teman atau yang mempunyai aplikasi sosmed yang sama. Lain jika media massa, berita pilihan yang dikeluarkan hanya bulanan atau yang mingguan, sering kehadirannya dinanti-nanti banyak orang. Walau kadang tak dibaca dan hanya sekilas melihat gambar yang sekiranya menarik kemudian dipakai untuk membungkus sesuatu. Miris memang budaya baca kita yang kurang, terlebih untuk mengikatnya dengan menulis.

           Jauh sebelum itu tanpa sepengetahuanku, aku ditunjuk sebagai pengurus yayasan Al Muhajirin. (AM) Sontak aku terkaget, aku sendiri bukan aktifis DKM (Dewan Keluarga Masjid) ta'mir AM I-VI. Masjid yang mengelilingi kawasan pabrik sepatu, yang didominasi karyawan muslim dan kaum hawa. Keberadaan mereka bak oase dalam kegersangan hiruk pikuk mengail rizki, mrangkul spiritual didalam produktifitas kerja. Bukan tanpa proses tetiba ditunjuk menjadi bagian dari yayasan. Suatu hari memang aku pernah meliput tentang profil Islamic Center Almujahirin. Ada banyak tulisan mengenai kegiatan DKM yang tanpa sepengetahuan yayasan aku tulis sebelumnya. Kebetulan waktu itu, redaksi GEMAS meminta tolong untuk menulis artikel seputar kegiatan di Nikomas.Nah, dari situ aku muncul ide untuk menggali tentang yayasan, yang selama itu hanya terdengar gaungnya. Aku mendatangi sekretariat DKM dan mewawancarai ketua yayasan dan pengurus DKM. Ini bagian dari dakwah menurutku, kapan lagi aku bisa bermanfaat untuk masyarakat. Duduk manis didepan layar dan merangkai 26 abjad menjadi kalimat, paragraf lalu bercerita melalui tulisan. Menurut guru menulisku Gol A Gong menulis itu dakwah bil qolam.

           Jika ditanya prestasi, aku memang belum ada plakat atau serifikat kemenangan menjadi penulis terbaik dari kompetisi manapun. Sejak tahun 2012 akhir, di Rumah Duni aku belajar menulis. Mencoba menekuni dunia literasi. Dunia yang membebaskan dari buta huruf dan membuka cakrawala pikiran.3 buku anthologi cerpen dan 2 anthologi puisi  bersama teman-teman sudah terbit setahun yang lalu. Beberapa cerpenku nangkring di GEMAS dan pernah di koran Banten Raya. Dan sekaranglah terus berkarya dengan jujur dan ikhlas tanpa harus dibayang-bayangi honor. Karena sudah kucoba mengirimkan karya ke redaksi belum ada kabar kalupun ada kabar redaksi mengucapkan maaf dan terimakasih. Sadar kompetitor menjadi penulis itu mengular panjang, banyak diluaran sana “writer wannabe”. Bukan berarti aku menyerah, aku masih tetap menulis. Meskipun kadang dihantui makhluk yang bernama “mood” Lagipula untuk menjadi sesorang yang besar pasti mlewati proses. Dan proses menuju itulah yang sedang aku nikmati, dibarengi dengan guyuran doa-doa yang menyeru kepada semesta.Ini bukan suatu kekalahan apalagi kesalahan. Bersyukur sekali, justru diawal kepenulisan yang masih amatiran ini mampu membawa dampak positif bagi sesama. Adalah ihwal kebahagiaan yang tak ternilai dari sebuah kepuasan.
                       

            Lantas sekarang aku dipercaya memberdayakan blog milik yayasan. Harapan besarku dengan tulisan ini mampu menyebar virus menulis kepada yang lain. Menulis hal yang kecil dengan bahasa yang sederhana, mengalir supaya mudah dipahami. Soal sastra, urusan nanti. Seiring berjalan waktu, jika terus diasah kemampuan menulis pasti akan lebih baik kepenulisannya. Tidak meninggalkan budaya membaca dan mau berjalan keluar rumah melihat kuasa Alloh, nisacaya akan membuat kita lebih arif. Dengan membaca akan menjadi pintar dan membaca dari perjalanan akan membuka mata hati.

penulis Afida


Tidak ada komentar:

Posting Komentar