Sabtu, 04 Oktober 2014

PARADE SHOLAWAT SEBAGAI LADANG SYIAR & SENI ISLAM


                   Parade Sholawat Cermin Kekinian dan Ladang Syiar


            Seni dan Islam tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya saling berkaitan. Islam tidak melarang untuk berkarya seni, jika tujuannya untuk syiar Islam atau untuk dakwah Islam. Seni itu indah dan Islam juga indah. Salah satu kesenian Islam adalah kesenian hadroh. Kesenian hadroh merupakan pembacaan sholawat nabi yang diiringi rebana.
           
            Panggung sederhana berhias pot dan tanaman cantik menjadi sorotan utama. Betapa tidak dari seluruh  ta'mir DKM AL Muhajirin (AM) dari 1 sampai 6  mengirimkan dutanya untuk menampilkan yang terbaik. Ada 7 grup yaitu
1.AM1 Hubbul Musthofa
2. AM2 Assyifa
3. AM3 An-Nuriyah
4. AM4 Al Badar
5.AM5 Mar'atus Sholiha
6.AM6  Fatimah Azzahra.
7.Alwafa  merupakan  personel gabungan dari seluruh tamir DKM yang diambil dari yang terbaik. Bertempat di Al Muhajirin 2 acara tsb diselenggrakan pada 5 januari 2014 pukul 20.00 WIB hingga selesai.Dari seluruh grup masing-masing melantukan 2 lagu.


            Menurut Pak Ahmad Khuzaini selaku pengurus AM2, tujuan diselenggarakan acata tsb adalah sebagai penampung kesenian khususnya hadroh/rebana yang ada di tiap ta'mir sebagai kesatuan pertunjukan.Acara tsb merupakan acara per 2 bulan, adapun tempatnya bergiliran.. Menurut beliau, kabar baik dari perkembangan seni rebana di kawasan industri Nikomas, tidak akan lama lagi Al Wafa sebagai grup pentolan DKM akan merambah dapur rekaman. Memang dari seluruh peserta terutama para vokalis mampu membius para penonton. Suaranya yang terbiasa melantunkan ayat-ayat Al quran sebagai qori/qoriah tidak kalah merdu saat melantunkan sholawat. Banyak nada-nada dari lagu-lagu yang familiar ditelinga disadur dalam syair puji-pujian dan sholawat, seperti lagu india calte-calte, lagu campur sari Cinta Tak Terpisahkan. Cengkok, fasih melantunkan syair berbahasa arab terdengar jelas, tanpa mengurangi esensi dari makna sholawat.
           

            Muda, semangat, berbakat juga  berprestasi Tergambar jelas seluruh para peserta kesiapan yang matang. Kostum yang kompak, fashionable, trendy dan tanpa meninggalkan nilai  syar'i. Selain kesan religi, kesan menjunjung nilai budaya Indonesia juga terpancar dari  gamis batik. Dengan potongan kombinasi yang cantik dan warna-warni, baik yang laki-laki ataupun yang wanita. Aksesoris pendukung kostum juga tak kalah menarik, seperti sorban, sarung tangan melengkapi penampilan Al Wafa.Koreografi yang santun juga ditampilkan beberapa grup, seperti Fatimah Azzahra dan Alwafa dalam.. Gerakan-gerakan kecil sederhana yang sopan itu membuat kemasan parade sholawat semakin semarak seiring dengan hentakan tabuh rebana.
           

            Pembacaan sholawat ini merupakan sebagai bentuk wujud rasa cinta mereka kepada nabi Muhammad SAW. Terlebih bulan ini bertepatan dengan bulan Maulid nabi. Tepat 12 Robiul Awal  adalah tanggal kelahiran nabi Muhammad.  Dasar bahwa Islam diperintahkan untuk membaca sholawat terdapat dari Al Qur'an dan hadits. Seperti yang tercantum dalam QS. AlAhzab yang artinya: “Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikatNya sama mendoakan rahmat untuk nabi.Hai orang-orang yang beriman bacalah sholawat dan salam untuk nabi”. Dengan demikian dengan membaca sholawat kepada nabi pengertiannya adalah Allah memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada nabi, kalau dari malaikat artinya memintakan ampunan dan kalau dari orang mukmin artinya berdoa agar diberikan rahmat oleh Allah. Dengan semakin membaca sholawat maka semakin dekat dengan nabi Muhammad SAW.
           
Team rebana dari Almuhajirin 3

            Inilah yang membuktikan bahwa dengan sholawat tidak selamanya dalam kemasan konvensional. Adanya menyadur lagu-lagu yang  hits memaknai dengan rebana bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tarian yang sopan tidak mengundang syahwat berarti adanya batasan-batasan dalam berkesenian dengan indah, tanpa dinilai buruk. Dan keseluruhanya para peserta menampilkan packaging yang menarik dan santun.


penulis Afida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar